Keutamaan qana'ah, dorongan dan anjuran agar bersabar ketika menghadapi musibah, dan celaan terhadap orang yang meminta-minta, ketiga perkara ini banyak disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi saw. dengan bentuk dan kandungan yang berbeda-beda, baik melalui tamsil, peringatan, atau dalam bentuk kisah. Sehingga, meskipun ketiga perkara ini telah diringkas dalam buku ini, tetap saja merupakan buku yang tebal.
Di bagian terakhir Bab II telah dijelaskan bahwa di dalam harta terdapat manfaat dan terdapat bahaya. Harta adalah racun, tetapi juga ada penawarnya. Rasulullah saw. bersabda, "Bagi setiap umat terdapat fitnah, dan fitnah bagi umatku adalah harta." Karena itu, sangat penting menjaga diri dari fitnah dan racun yang berupa harta tersebut. Sebagaimana ular, bagi orang yang dapat menjadikannya sebagai obat, tentu akan berguna bagi dirinya dan bagi orang lain. Jika tidak, ia akan menjadi racun yang dapat membinasakan dirinya dan merugikan orang lain. Rasulullah saw. bersabda, "Harta itu hijau dan manis. Jika ia dihasilkah dengan cara yang hak (yakni sesuai dengan aturan dan syari'at) dan dibelanjakan sesuai dengan syari'at pula, maka akan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kita dan menjadi penolong kita. Dan barangsiapa yang memperolehnya tidak dengan cara yang hak, maka sama halnya dengan orang yang terkena penyakit ju'ul-baqar, yaitu orang yang terus-menerus makan, tetapi tidak pernah kenyang." (Misykat).
Imam Ghazali rah.a. berkata, "Di dalam harta ada manfaat, juga ada madharatnya. Perumpamaannya seperti ular. Barangsiapa yang mengetahui mantranya, ia dapat menangkap ular dan mencabuti giginya, lalu ia akan membuat obat penawar racun darinya. Jika orang yang tidak mahir menangkap ular, tetapi begitu melihat ular langsung menangkapnya, maka ular itu akan mematuknya sehingga ia akan binasa. Orang yang memperhatikan lima perkara berikut ini, dialah yang selamat dari racun harta:
1. Mengetahui maksud dan tujuan diciptakannya harta sehingga dalam menggunakannya akan sesuai dengan maksud dan tujuan harta itu diciptakan.
2. Memperhatikan betul-betul dari mana harta itu berasal dan bagaimana cara mendapatkannya. Jangan sampai harta itu tercampur dengan harta yang tidak benar dalam mendapatkannya, misalnya hadiah yang diragukan asal-usulnya, apakah harta itu berasal dari suap atau meminta-minta, sehingga dikhawatirkan akan menjadi sebab kehinaan kita.
3. Tidak menyimpan harta melebihi keperluan. Hendaknya menyimpan harta sekadar yang diperlukan, dan selebihnya segera disedekahkan.
4. Memperhatikan untuk apa harta itu dibelanjakan, jangan sampai harta itu dibelanjakan tidak pada tempatnya atau dibelanjakan yang tidak diperbolehkan oleh syariat.
5. Niat senantiasa harus ikhlas, baik dalam mencarinya, membelanjakannya, menyimpannya sekadar yang diperlukan. Semuanya itu hendaknya semata-mata untuk mencari ridha Allah swt. Apa saja yang disimpan atau digunakan sendiri, hendaknya hanya untuk memperoleh kekuatan dalam mentaati Allah swt.. Sedangkan yang melebihi keperluan, anggaplah sebagai barang sia-sia dan permainan, lalu secepatnya disedekahkan. Anggaplah harta yang berlebih itu sebagai sesuatu yang hina jika disimpan, sehingga harta itu perlu segera disedekahkan. Jangan sampai beranggapan bahwa harta yang berlebih itu sebagai sesuatu yang sangat berharga. Jika kita memiliki harta yang tidak berlebihan, maka harta yang demikian ini tidak berbahaya bagi kita. Ali r.a. berkata, "Jika ada orang yang mengambil harta seluruh dunia semata-mata karena Allah swt. (bukan untuk kepentingan pribadi), ia adalah seorang ahli zuhud. Dan jika ada orang yang tidak mengambil harta meskipun hanya sedikit, tetapi apa yang dilakukannya itu bukan karena Allah (yakni untuk tujuan keduniaan seperti meraih kedudukan dan sebagainya), maka ia adalah seorang ahli dunia." (Ihya').
Dalam sebuah hadits disebutkan, "Harta itu hijau dan manis. Barangsiapa yang memperolehnya dengan cara yang hak, harta itu akan menjadi keberkahan baginya." Dalam hadits yang lain disebutkan, "Betapa baiknya dunia ini sebagai tempat tinggal bagi orang yang menjadikannya sebagai bekal untuk akhirat, dan menyebabkan Allah swt. ridha. Dan betapa buruknya dunia ini sebagai tempat tinggal bagi orang yang terpikat dengannya sehingga melalaikannya dari akhirat, dan menyebabkan kelalaiannya dalam mencari ridha Allah swt." (Kanzul-'Ummal).
Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa pada hakikatnya harta itu bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi merupakan sesuatu yang baik, banyak manfaatnya, baik untuk kepentingan dunia dan agama. Sehingga, banyak hadits-hadits yang menganjurkan agar kita mencari rezeki agar memperoleh harta. Akan tetapi, karena di dalam harta juga terdapat racun, padahal di dalam hati manusia pada umumnya terdapat penyakit, maka dalam Al-Qur'an dan hadits diingatkan agar kita jangan menumpuk-numpuk harta. Harta yang berlebihan tidak akan mendatangkan manfaat, bahkan akan membinasakan. Karena itu, Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang dicintai Allah swt., Allah akan menjaganya dan menyelamatkannya dari dunia sebagaimana kalian menjaga orang-orang sakit agar tidak terkena air." (Misykat). Air sangatlah diperlukan dalam kehidupan. Tanpa air, kehidupan tidak akan berlangsung. Meskipun demikian, ketika dokter mengatakan bahwa air berbahaya bagi orang yang sedang sakit, maka air perlu dijauhi. Pada umumnya, dengan banyaknya harta yang berlebihan, banyak sekali kerugian yang akan diperoleh. Adapun yang menjadi penyebabnya adalah orang yang hatinya tidak bersih sangat mudah terpengaruh oleh akibat buruk dari harta benda. Karena itulah Rasullah saw. bersabda, "Adakah di antara kalian yang berjalan di atas air tetapi kakinya tidak basah?" Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, tidak ada orang yang seperti itu." Rasulullah saw. bersabda, "Demikianlah keadaan ahli dunia, sulit baginya untuk menghindari dosa." (Misykat). Kenyataannya memang demikian, banyak orang yang menjadi kikir, hasud, congkak, iri hati, riya', bangga diri, penyakit-penyakit hati lainnya, dan berbagai jenis dosa yang disebabkan oleh harta. Demikian pula dengan minuman keras, berjudi, riba, dan berbagai macam dosa syahwat banyak disebabkan oleh harta. Jika cinta kepada harta telah bersemayam di hati, semakin banyak harta yang dimilikinya, ia akan semakin berusaha untuk mencarinya lebih banyak. Dalam beberapa hadits, Rasulullah saw. bersabda, "Jika seseorang memiliki dua lembah emas, ia akan mencari lembah yang ketiga." Pengalaman dan kenyataan di dunia ini menunjukkan bahwa orang selalu saja merasa tidak cukup dengan jumlah uang yang telah dimilikinya, kecuali orang yang dikasihi Allah swt.. Atas dasar inilah di dalam Al-Qur'an dan hadits banyak terdapat anjuran agar kita bersikap qana'ah untuk mengurangi penyakit ju'ul-baqar. Maka, hakikat dunia, kotorannya, dan kehancurannya perlu dijelaskan agar kecintaan terhadapnya berkurang. Jangan sampai kita mencintai sesuatu yang akan hilang dan akan musnah, tetapi yang perlu kita cintai adalah sesuatu yang kekal abadi dan selalu bermanfaat. Banyak anjuran dan dorongan agar kita bersabar dalam hal harta benda sehingga kita tidak lagi beranggapan bahwa kurangnya harta benda yang kita miliki tidak dianggap sebagai musibah. Bahkan, terkadang kekurangan harta benda ini mengandung hikmah yang besar dari Allah swt.. Allah swt. berfirman:
"Dan jika Allah melapangkan rezeki hamba-hamba-Nya, tentu mereka akan melampaui batas di muka bumi." (Q.s. Asy-Syura: 27).
Hati manusia selalu condong kepada harta benda. Dalam mencari harta benda, meminta-minta itu dilarang oleh agama. Pembahasan tentang buruknya meminta-minta telah banyak disebutkan. Karena cinta terhadap harta, dan pikiran pun selalu berusaha memperbanyak harta, banyak sekali orang yang tidak malu-malu meminta-minta, meskipun tidak dalam keadaan terpaksa. Tanpa harus bersusah-payah, hanya dengan menggerakkan lidahnya saja, orang yang meminta-minta dapat memperoleh harta benda.
Selanjutnya, di bawah ini akan dibahas tentang qana'ah, sabar dalam menghadapi musibah, dan celaan kepada orang yang meminta-minta.
Senin, 07 September 2009
Bab VI Anjuran Supaya Zuhud, Qan'ah dan Tidak Meminta-minta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar