Ayat Ke-3
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, 'Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama-sama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (Q.s. Al-Ahqaf: 15-16).
Keterangan
Allah swt. berkali-kali menekankan masalah yang berhubungan dengan hak kaum kerabat dan kedua orangtua sebagamana telah disebutkan dalam penjelasan ayat terdahulu. Dalam ayat ini, Allah swt. menekankan secara khusus agar berbuat baik, khususnya kepada kedua orangtua, yaitu, Kami (Allah) telah memerintahkan berbuat baik kepada kedua orangtua." Perintah untuk berbuat baik kepada orangtua telah disebutkan di tiga tempat dalam Al-Qur'an. Yang pertama dalam surat Al-'Ankabut ayat 8, kemudian dalam surat Luqman ayat 1, dan yang ketiga dalam ayat di atas. Dari sini dapat diketahui betapa masalah ini sangat ditekankan.
Dalam Tafsir Khazin disebutkan bahwa ayat ini turun mengenai Abu Bakar Shiddiq r.a. Persahabatannya yang pertama kali dengan Rasulullah saw. terjalin ketika mereka sedang dalam perjalanan ke Syam, pada saat itu ia berusia 18 tahun, dan Rasulullah saw. berusia 20 tahun. Dalam perjalanan itu, keduanya berhenti di bawah sebuah pohon bidara. Pada saat itu, Abu Bakar r.a. menemui seorang pendeta di sana, sedangkan Rasulullah saw. duduk di bawah sebatang pohon. Pendeta itu bertanya kepada Abu Bakar r.a., "Siapakah orang yang berada di bawah pohon itu?" Ia menjawab, "Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib." Pendeta itu berkata, "Demi Tuhan, dia adalah seorang Nabi. Setelah Nabi Isa a.s., tidak ada seorang pun yang duduk di bawah pohon itu. Inilah Nabi akhir zaman. Ketika Rasulullah saw. berusia 40 tahun dan beliau diangkat menjadi Nabi, Abu Bakar r.a. masuk Islam. Dua tahun setelah peristiwa itu, yakni ketika Abu Bakar r.a. berusia 40 tahun, ia membaca doa ini:
'Berikanlah kepadaku taufik untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku."
Ali Karramallahu Wajhah berkata bahwa di kalangan kaum Muhajirin tidak ada seorang pun yang berbahagia seperti Abu Bakar r.a., karena kedua orangtuanya telah memeluk Islam. Doa yang kedua adalah mengenai anak-anak agar mereka menjadi anak shalih. Hasilnya, anak-anak Abu Bakar r.a. telah memeluk Islam. (Tafsir Khazin)
Ayat pertama yang disebutkan dalam surat Al-'Ankabut lebih luas lagi penekanannya, karena di dalamnya terdapat perintah agar berbuat baik kepada kedua orangtua yang kafir. Jika Allah swt. memerintahkan agar berbuat baik dan bergaul dengan baik kepada orangtua yang kafir, maka terhadap orangtua yang Islam tentu ditekankan untuk berbuat baik kepada mereka.
Sa'ad bin Abi Waqqash r.a., berkata, "Ketika saya memeluk Islam, ibu saya bersumpah bahwa ia tidak akan makan dan tidak akan minum selama saya tidak berpaling dari agama Muhamad saw.. Ia telah meninggalkan makan dan minum sehingga harus dipaksa untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Karena peristiwa inilah maka ayat suci ini diturunkan." (Durrul-Mantsur).
Pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian ini adalah, bahwa dalam keadaan yang sulit seperti itu, Allah swt. tetap berfirman, "Kami memerintahkan kamu agar berbuat baik kepada kedua orangtua." Tetapi jika mereka mengajak kepada kemusyrikan, maka tidak wajib mentaati mereka.
Seseorang bertanya kepada Hasan r.a., "Apa yang menjadi ukuran berbuat baik kepada kedua orangtua itu?" Ia berkata, "Apa saja yang menjadi milikmu belanjakanlah untuknya, dan apa saja yang diperintahkannya taatilah. Tetapi jika mereka menyuruh berbuat suatu dosa, maka jangan mentaati mereka." Inilah ajaran Islam, walaupun kedua orangtua yang musyrik berusaha menjadikan anak-anaknya musyrik, tetap saja diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka. Akan tetapi tidak boleh mentaati mereka dalam hal kemusyrikan. Bagaimanapun, hak kedua orangtua tidak dapat menyamai hak Khaliq.
"Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq."
Sekalipun orangtua berusaha dan memerintahkan anak mereka menjadi musyrik, Allah swt. tetap memerintahkan anak untuk berbuat baik kepada mereka. Dalam hadits yang lain disebutkan agar kita berbuat baik kepada orangtua. Sebab turunnya surat Luqman adalah karena peristiwa yang terjadi pada sahabat Sa'ad r.a.. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Sa'ad berkata, "Saya selalu berbuat baik kepada ibu saya. Ketika saya masuk Islam, ibu saya berkata, 'Sa'ad, apa yang telah kamu lakukan? Tinggalkanlah agama itu. Jika tidak, saya akan berhenti makan dan minum selamanya sehingga saya mati, dan orang-orang akan menyebutmu sebagai pembunuh ibumu sendiri.' Saya berkata kepada ibu saya, 'Jangan begitu, saya tidak bisa meninggalkan agama saya." Ia pun tidak makan dan minum satu hari. Pada hari kedua, ia juga tidak makan dan minum. Maka saya berkata kepadanya, "Seandainya engkau punya 100 nyawa, dan semuanya engkau korbankan, maka saya tidak akan meninggalkan agama saya. Ketika itu, ibu saya melihat keteguhan hati saya sehingga mau makan dan minum." (Durrul-Mantsur.)
Ayat di atas memerintahkan kita agar berbuat baik kepada kedua orangtua. Faqih Abul-Laits Samarqandi rah.a. berkata, seandainya Allah swt. tidak memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orangtua, dengan menggunakan hati dan akalnya, manusia tentu sangat perlu untuk menunaikan hak-hak orangtua, apalagi Allah swt. di dalam semua kitab-Nya, yakni Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur'an memerintahkan kepada kita untuk menunaikan hak-hak mereka. Allah swt. menurunkan wahyu kepada semua nabi agar manusia menunaikan hak-hak orangtua. Allah swt. juga menegaskan bahwa keridhaan-Nya bergantung pada keridhaan kedua orangtua dan kemurkaan-Nya bergantung pada kemurkaan orangtua. (Tanbihul-Ghafilin).
Jika tiga ayat di atas membicarakan tentang berbuat baik kepada orangtua, di bawah ini tiga ayat mengenai ancaman bagi yang berbuat buruk kepada mereka.
Read More or Baca Lebih Lengkap ..