Sabtu, 09 Oktober 2010

Bab 7 Kisah Para Ahli Zuhud dan Dermawan. Kisah ke-17

Kisah  Ke-17

Seorang Quraisy sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang fakir yang sakit, dan berbagai musibah telah menimpanya membuat dirinya tidak berdaya. Maka orang miskin itu meminta bantuan kepadanya, "Tolonglah saya." Orang Quraisy itu berkata kepada hamba sahayanya, "Bawalah semua perbekalan yang ada padamu." Hamba sahaya itu pun menuangkan semua perbekalan yang dibawanya, yang jumlahnya mencapai 4.000 dirham untuk diberikan kepada orang miskin itu. Orang fakir itu hendak bangkit untuk membawanya, tetapi karena sangat lemah, ia tidak mampu berdiri, sehingga ia hanya menangis karena memperoleh uang sebanyak itu. Orang Quraisy itu mengira bahwa orang miskin itu menganggap bahwa pemberian itu sedikit, sehingga ia menangis. Maka orang Quraisy itu bertanya, "Apakah engkau menangis karena pemberianku ini terlalu sedikit?" ( pada saat itu, orang Quraisy tersebut sudah tidak mempunyai yang lain). Orang miskin itu berkata, "Tidak, aku menangis bukan karena pemberianmu sedikit. Aku menangis karena betapa banyak orang yang telah mendapatkan kemurahanmu itu." ( Ithaf )



Read More or Baca Lebih Lengkap ..

Bab 7 Kisah Para Ahli Zuhud dan Dermawan. Kisah ke-16

Kisah Ke-16


Suatu ketika, sebuah rombongan dari Arab menziarahi makam seseorang yang sangat dermawan. Perjalanan yang ditempuhnya cukup jauh. Pada malam harinya, mereka bermalam di makam tersebut. Salah seorang di antara mereka bermimpi melihat penghuni makam itu berkata kepadanya, "Maukah engkau menjual untamu seharga untaku dari jenis bukhti? ( bukhti adalah jenis unta yang paling mahal ). Dalam mimpi itu, ia menyetujui untuk menjual unta tersebut. Orang yang bermimpi menyelesaikan urusan jual beli di dalam mimpinya itu juga. Kemudian penghuni kubur itu bangkit dari kuburnya dan menyembelih unta yang dibelinya. Ketika orang yang bermimpi itu terbangun, ia melihat untanya mengeluarkan darah. Ia pun bangkit dan menyembelih untanya ( karena sudah tidak ada lagi harapan unta tersebut akan hidup ). Ia membagi-bagikan semua dagingnya, dan memasaknya serta menyantapnya hingga kenyang bersama rombongannya. Setelah itu mereka pun pulang. Ketika tiba di tempat berikutnya, mereka bertemu dengan seseorang yang menunggangi seekor unta bukhti yang sedang mencari-cari nama-seseorang. "Adakah orang yang bernama Fulan di antara kalian?" Orang yang bermimpi itu berkata, "Itu adalah namaku." Orang itu bertanya, "Apakah engkau menjual sesuatu kepada penghuni kubur itu?" Orang yang bermimpi itu menceritakan kisah mimpinya, dan orang yang menunggang seekor unta Bukhti itu berkata, "Kubur itu adalah kubur ayahku, dan ini unta bukhtinya." Ia berkata kepadaku di dalam mimpi, "Jika engkau benar-benar anakku, maka berikanlah unta bukhti ini kepada Fulan, kemudian ia menyebut namamu. Unta bukhti ini aku serahkan kepadamu." Setelah berkata seperti itu, ia menyerahkan unta tersebut kemudian pergi. ( Ithaf )
Demikianlah contoh kedermawanan yang tidak ada batasnya. Sampai sepeninggalnya, orang yang dermawan tersebut masih tetap menjamu orang-orang yang berkunjung kepadanya. Ia menjual untanya yang bagus untuk menjamu tamu-tamunya.
Sekarang masalahnya, mengapa kejadian seperti ini bisa terjadi setelah mati? Jawabnya, kejadian itu bukan hal yang mustahil. Kejadian-kejadian seperti ini mungkin saja terjadi di alam arwah.




Read More or Baca Lebih Lengkap ..

Bab 7 Kisah Para Ahli Zuhud dan Dermawan. Kisah ke-15

Kisah  Ke-15


Abu Martsad rah. a. adalah seorang dermawan yang terkenal. Pada suatu ketika, datanglah seseorang kepadanya dan membaca beberapa bait syair untuk memujinya ( memuji orang yang dermawan adalah cara untuk meminta kepadanya). Abu Martsad rah. a. berkata kepada laki-laki itu, "Pada saat ini, aku tidak memiliki sesuatu apa pun yang dapat aku berikan kepadamu. Tetapi aku dapat menolongmu dengan cara yang dapat engkau lakukan, yaitu pergilah engkau kepada Qadhi dan menyatakan kepadanya bahwa aku mempunyai utang sebesar 10.000 dirham. Aku juga akan menyatakan hal itu di hadapan Qadhi, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
                "Janji adalah utang."

Kemudian qadhi itu akan mengirimku ke penjara, dan keluargaku akan berusaha mencari uang untuk menebusku." Kemudian, laki-laki tersebut melakukan apa yang diperintahkan oleh Abu Marstad rah.a., sehingga Abu Martsad rah.a. dikirim ke penjara, dan keluarganya mengumpulkan sejumlah uang untuk menebusnya. Uang tersebut mereka berikan kepada Qadhi pada sore harinya. Akhirnya, laki-laki itu mendapatkan uang sebesar sepuluh ribu (dirham atau dinar), dan Abu Martsad rah.a. pun dibebaskan. ( Kitab Ithaf )



Read More or Baca Lebih Lengkap ..

Bab 7 Kisah Para Ahli Zuhud dan Dermawan. Kisah ke-14

Kisah Ke-14


Pada suatu ketika, di Mesir terjadi kelaparan. Abdul-Hamid bin Sa'ad rah.a., seorang Gubernur Mesir berkata, "Akan aku katakan kepada syaitan bahwa aku adalah musuhnya ( dalam keadaan seperti ini, dia mendorong orang-orang untuk membelanjakan harta mereka dengan hati-hati ). Pada musim paceklik seperti ini, makanan semua orang fakir di Mesir menjadi tanggung jawabku."

Maka orang-orang miskin berdatangan dan makan di rumahnya hingga wabah kelaparan berlalu, dan barang-barang dijual dengan harga yang wajar. Dan ketika harga barang-barang normal kembali, ia dipindahkan dari jabatannya. Diperkirakan, pada saat kepergiannya dari Mesir, ia memiliki utang sebesar satu juta dirham. Kepada pengusaha yang telah meminjamkan uang kepadanya untuk memberi makan kepada fakir miskin selama terjadi wabah kelaparan, ia mengumpulkan perhiasan-perhiasan dari keluarganya sebagai jaminan atas utangnya kepada pengusaha, seharga lima ratus juta dirham. la telah berusaha untuk menebus perhiasan-perhiasan yang digadaikan itu, tetapi uang sebanyak itu belum bisa didapatkan. Maka ia menulis surat kepada para pedagang untuk menjual perhiasan itu dan mengambil dari hasil penjualannya sebanyak hak mereka, dan selebihnya supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin Mesir yang belum ia bantu. (  Sumber: Kitab Ithaf ). Pada saat itu, orang-orang yang mempunyai perhiasan adalah orang-orang yang rela perhiasannya dibagi-bagikan kepada fakir miskin.



Read More or Baca Lebih Lengkap ..

Bab 7 Kisah Para Ahli Zuhud dan Dermawan. Kisah ke-13

Kisah  Ke 13


Sa'id bin Amir r.a. adalah seorang gubernur di Himsh pada masa Khalifah Umar r.a.. Penduduk Himsh sering mengadukan keluhan tentang dirinya kepada Umar r.a. dan meminta agar ia dipecat. Umar r.a. telah diberi oleh Allah s.w.t. kekuatan firasat dan kearifan yang luar biasa, sehingga ia dapat mengetahui dengan tajam watak alamiah seseorang. Hal ini sudah dibuktikan secara berulang kali, bahkan sampai ribuan kali. Mendengar keluhan-keluhan tersebut, Umar r.a. sangat terkejut, karena ia mengangkatnya sebagai seorang gubernur dengan segala pertimbangan bahwa Sa'id adalah orang yang paling memenuhi syarat untuk diangkat sebagai gubernur. Kemudian dalam munajatnya kepada Allah swt., Umar r.a. memohon, "Ya Allah, janganlah Engkau hilangkan firasat dari diriku, karena aku takut dengan tidak adanya kekuatan firasat ini, orang-orang yang bukan ahlinya yang memangku jabatan dapat menyusup ke dalam pemerintahan." Setelah itu, Umar r.a. memanggil Sa'id r.a. dan orang-orang yang mengadukan masalahnya. Umar r.a. bertanya kepada penduduk Himsh, "Apa yang kalian keluhkan tentang dirinya?" Mereka berkata, "Ada tiga hal yang kami keluhkan. Pertama, ia selalu terlambat keluar dari rumahnya pada pagi hari. Kedua, jika ada yang datang pada malam hari kepadanya, ia tidak mau mendengar pengaduan kami. Ketiga, ia berlibur satu hari pada setiap bulannya. Umar r.a. menyuruh kedua kelompok untuk berdiri di depannya, dan memerintahkan untuk menyatakan pengaduannya satu per satu, dan gubernur itu disuruh untuk menjawabnya satu per satu pula. Orang-orang pun berkata, "Ia terlambat keluar dari rumah." Umar r.a. meminta jawaban dari gubernur tersebut, dan gubernur itu menjawab, "Istriku bekerja sendirian, aku membantunya membuat adonan roti, lalu memasaknya. Setelah masak, kami memakannya. Setelah itu aku berwudhu dan keluar dari rumah." Kemudian Umar r.a. menyuruh orang-orang untuk menyatakan keluhannya yang kedua. Umar r.a. berkata, "Apakah keluhan yang kedua?" Mereka berkata, "Ia tidak mau bekerja pada malam hari. Jika ada yang datang kepadanya pada malam hari, hajatnya tidak akan dipenuhi." Umar r.a. berkata, "Apakah jawabanmu?" Sa'id r.a. berkata, "Sebenarnya saya tidak ingin untuk menampakkan bahwa aku telah membagi waktu siang dan malam. Siang hari aku pergunakan untuk makhluk, dan malam harinya untuk Sang Khaliq. Pada malam hari aku berikan semuanya kepada Sang Khaliq." Umar r.a. berkata, "Apakah keluhan kalian yang ketiga?" Mereka berkata, "Ia berlibur satu hari dalam sebulan." Umar r.a. berkata, "Apakah jawabanmu?" Sa'id r.a. berkata, "Saya tidak mempunyai pembantu. Dalam sebulan, saya meluangkan satu hari untuk mencuci baju sendiri. Untuk mengeringkannya diperlukan waktu satu hari, dari pagi hingga sore. Umar r.a. bersyukur kepada Allah swt. karena firasatnya tidak salah. Setelah itu, Umar r.a. berkata kepada orang-orang itu, "Hargailah pemimpin kalian." Setelah mereka pulang semua, Umar r.a. memberi hadiah uang sebesar seribu dinar kepada Sa'id r.a. untuk memenuhi berbagai keperluannya. Ketika menerima uang tersebut, istrinya berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan banyak keperluan kita, sekarang kita tidak perlu bekerja sendiri di rumah. Kita dapat membeli seorang hamba sahaya dan dapat memenuhi keperluan-keperluan kita yang lain. Said r.a. berkata, "Di sini masih ada orang yang lebih memerlukan harta ini daripada kita. Bagaimana pendapatmu, bukankah lebih baik jika uang ini dibelanjakan untuk mereka?" Istrinya pun menerimanya dengan senang hati. la membagi-bagikannya dalam kantung-kantung yang kecil untuk diberikan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim. Ringkasnya, ia bagi uang tersebut menjadi banyak, kemudian dibagi-bagikan kepada orang-orang, sehingga hanya tersisa sedikit saja yang kemudian ia berikan kepada istrinya untuk dibelanjakan sedikit demi sedikit. Istrinya berkata, "Sisa uang ini kita belikan hamba sahaya yang dapat membantu mengerjakan pekerjaan rumah kita sehingga engkau akan mendapat kemudahan." la berkata, "Tidak, akan segera datang kepadamu orang yang lebih membutuhkan uang ini daripada kita." ( Sumber: Kitab Asyhar )



Read More or Baca Lebih Lengkap ..

Bab 7 Kisah Para Ahli Zuhud dan Dermawan. Kisah ke-12

Kisah   Ke- 12


Nafi' r.a. berkata, "Pada suatu ketika Abdullah bin Umar r.huma. bersama pelayannya bepergian ke luar kota Madinah. Pada saat makan, mereka berhenti di suatu tempat untuk makan. Pelayan tersebut menghamparkan alas makan, kemudian mereka duduk, kemudian mereka makan. Ketika itu, seorang penggembala kambing yang sedang menggembala lewat di tempat itu dan mengucapkan salam. Abdullah bin Umar r.huma. pun menawarinya untuk makan bersama-sama. Ia menjawab, "Aku sedang berpuasa." Abdullah bin Umar r.huma. berkata, "Bagaimana engkau berpuasa pada siang hari yang sangat terik ini, lagi pula di tengah sahara. Ia menjawab sambil menyebutkan ayat Al-Qur'an, "Aku ingin menerima pahala dari hari-hariku yang telah lalu:
"Kepada mereka dikatakan: Makan dan minumlah dengan lezat, disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." (Al-Haaqqah: 24)"
Setelah itu Abdullah bin Umar r.huma. menguji, "Kami ingin membeli seekor kambing, beritahukanlah kepada kami berapa harganya, dan terimalah uang dari kami. Kami mau menyembelihnya, dan engkau akan kami beri dagingnya, sehingga bisa bermanfaat pada waktu berbuka puasa." Ia berkata, "Ini bukan kambing-kambing saya, saya hanyalah seorang hamba sahaya, ini kambing tuan saya." Abdullah bin Umar r.huma. berkata, "Tuanmu tidak akan mengetahuinya, katakan saja bahwa kambing yang tidak ada itu telah dimakan oleh serigala." Penggembala itu sambil melihat ke arah langit berkata, "Lalu bagaimana dengan Allah swt. yang menguasai kita setiap saat?"
Abdullah bin Umar r.huma. sangat senang dengan jawaban penggembala tersebut, dan ia berkata kepada dirinya sendiri berulang kali dengan penuh kegembiraan perkataan penggembala yang sederhana itu: "Bagaimana dengan Allah yang menguasai kita setiap saat?"
Setelah peristiwa tersebut, Abdullah bin Umar r.huma. pulang ke kota dan menjumpai pemilik hamba sahaya berserta kambing-kambing itu untuk membeli kambing sekaligus hamba sahayanya, dan memerdekakannya. Kemudian Abdullah bin Umar memberikan kambing-kambing itu kepada hamba sahaya tersebut. ( Durrul-Mantsur ). Beginilah keadaan para penggembala pada waktu itu, mereka selalu berpikir bahwa Allah melihat mereka.



Read More or Baca Lebih Lengkap ..

Bab 7 Kisah Para Ahli Zuhud dan Dermawan. Kisah ke-11

Kisah  Ke 11


Pada suatu ketika, Abdullah bin Ja'far r.huma. melewati sebuah kebun buah-buahan di Madinah Munawarah. Di kebun tersebut, penjaga kebunnya adalah seorang hamba sahaya dari Habasyah. Ketika itu, ia sedang memakan roti, dan di depannya ada seekor anjing yang sedang duduk. Jika ia memasukkan satu suap ke dalam mulutnya, ia juga melemparkan satu suap kepada anjing tersebut. Abdullah bin Ja'far r.huma. melihat kejadian tersebut dengan berdiri hingga hamba sahaya tersebut selesai makan roti. Kemudian Abdullah bin Ja'far r.huma. mendekatinya dan bertanya, "Kamu hamba sahaya milik siapa?" Ia menjawab, "Saya hamba sahaya milik ahli waris Utsman r.a." Abdullah bin Ja'far r.huma. berkata, "Aku melihat perbuatanmu yang aneh." Ia berkata, "Tuan, apa yang engkau lihat?" Abdullah bin Ja'far r.huma. menjawab, "Jika kamu makan satu suap, kemudian kamu juga memberi satu suap kepada anjing ini." Ia berkata, "Anjing ini telah menemani saya sejak beberapa tahun yang lalu, oleh karena itu saya harus memberikan bagian yang adil dari makanan saya." Abdullah bin Ja'far r.huma. berkata, "Untuk seekor anjing seperti ini makanan lebih rendah pun sudah cukup." Hamba sahaya itu berkata, "Saya sangat malu kepada Allah swt. jika saya makan sedangkan ada salah satu makhluk-Nya yang bernyawa berdiri di depan saya melihat diri saya dengan pandangan lapar." Setelah berbicara dengan hamba sahaya tersebut, Abdullah bin Ja'far r.huma. pulang ke rumah, kemudian pergi kepada ahli waris Utsman r.a.. Ia berkata, "Aku datang untuk memohon kebaikan kalian." Mereka berkata, "Katakanlah, apakah keperluanmu?" Ia berkata, "Juallah kebun kalian kepadaku." Mereka berkata, "Kami hadiahkan saja kepada engkau, terimalah kebun tersebut tanpa harus membayar harganya." Abdullah bin Ja'far r.huma. berkata, "Aku tidak akan mengambilnya tanpa memberikan harganya." Setelah ditentukan harganya, maka dilaksanakanlah jual beli tersebut. Kemudian Abdullah bin Ja'far r.huma. berkata, "Hamba sahaya yang bekerja di dalamnya juga mau aku beli." Tetapi mereka tidak mau menjualnya, mereka berkata, "Hamba sahaya itu kami pelihara sejak kecil, kami merasa keberatan berpisah dengannya." Tetapi karena Abdullah bin Ja'far r.huma. agak memaksa, mereka pun menjual budak itu kepadanya. Setelah selesai, Abdullah bin Ja'far r.huma. pergi ke kebun itu dan menemui hamba sahaya tersebut. Ia berkata, "Aku telah membelimu beserta kebun ini." Hamba sahaya itu menjawab, "Semoga Allah swt. memberkahi pembelianmu ini, akan tetapi saya juga sangat bersedih berpisah dengan tuan saya, karena mereka telah memelihara saya sejak kecil." Abdullah bin Ja'far r.huma. berkata, "Aku merdekakan kamu, dan kebun ini aku berikan kepadamu." Hamba sahaya itu berkata, "Kalau begitu, saksikanlah bahwa aku mewakafkan kebun ini untuk ahli waris Utsman r.a." Abdullah bin Ja'far r.huma. berkata, "Aku semakin takjub dengan peristiwa ini, dan aku mendoakan keberkahan untuknya, lalu aku pulang ke rumah." ( Sumber: Kitab Musammirat ) . Demikianlah kedermawanan yang telah dilakukan oleh hamba sahaya pendahulu kita.


Read More or Baca Lebih Lengkap ..

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

This blog wanna share to all of you about greatness and amazing benefit of sedekah or giving. You wanna find that if we make sedekah, it will not decrease your wealth.

Let's read and get yourself enlightened !!

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP